BATUBARA I Penulis adalah Penyuluh Agama Islam KUA Kec. Lima Puluh Kemenag Batu Bara, Manusia di ciptakan oleh Allah SWT sebagai pemimpin dimuka bumi untuk menjaga amanah dengan baik yaitu menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya, serta memberikan kebermanfaatan untuk alam ini.
Pernyataan ini dipertegas oleh Allah SWT dalam firmannya dalam surah Al-Baqarah ayat 30 yng artinya “Ingatlah ketika Tuhanmu Berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kamk senantiasa bertasbih denganmemuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesunggguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.
Firman Allah SWT ini adalah dasar bagi kita sebagai manusia untuk mewujudkan karakteristik yang baik menjadi pemimpin. Lantas, apakah kita sudah mempersiapkan diri sebagai Pemimpin yang baik?, apakah sudah kita memilih pemimpin yang amanah sesuai perintah Allah SWT?.
Di tahun 2024 ini kita rakyat indonesia telah melakukan pemilihan umum dan telah telah terpilih pemimpin-pemimpin yang akan menjadi wakil rakyat dan menyampaikan aspirasi untuk kemaslahatan daerahnya masing-masing, dan beberapa bulan kedepan kita akan memilih kepala daerah yang diharapkan dapat merobah daerahnya menjadi lebih baik lagi. Lantas bagaimana cara kita sebagai muslim yang taat, untuk memilih pemimpin sesuai ajaran Islam?
Yang pertama, pemimpin dalam Islam harus memiliki sifat Siddiq (benar), Amanah (dapat dipercaya), Tabligh (menyampaikan), dan Fathonah (cerdas). Sifat itu berkaca pada empat sifat baik yang dimiliki Rasulullah dalam memimpin umatnya.
Yang kedua yakni pemimpin harus memiliki visi dan misi yang jelas. Karena dengan visi dan misi itulah yang memberi petunjuk hingga menjaganya. Merujuk pada surat As Sajadah ayat 24 yang artinya: Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar. Mereka meyakini ayat-ayat Kami.
Ciri pemimpin dalam Islam yang ketiga adalah amanah. Dalam QS. An-Nisa ayat 58 menjelaskan bahwa Allah memerintahkan manusia untuk menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, menetapkan hukum di antara manusia dengan adil, memerintahkan kaum muslim untuk menaati putusan hukum, yang secara hirarkis dimulai dari penetapan hukum Allah, dan Allah melarang manusia untuk memihak atau zalim dalam memutuskan perkara.
Pemimpin dalam Islam yang keempat tidak dzalim. Sebagaimana terdapat dalam surah Al-Baqarah ayat 124. Ayat ini menjelaskan bahwa kepemimpinan tidak terkait dengan keturunan, kelompok, dan agama. Allah menegaskan bahwa kepemimpinan itu harus pada orang yang tepat dan berkompeten.
Ciri pemimpin yang ke lima Seorang harus memiliki kebijakan yang benar dan tidak mengikuti hawa nafsu, sesuai dengan surah Shad ayat 26. Ayat ini mengingatkan Nabi Daud agar menjadi penegak hukum yang tidak mengikuti hawa nafsu. Ayat ini juga menunjukkan bahwa seorang pemimpin harus bersikap adil, amanah, dan mendahulukan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi.
Ciri pemimpin dalam Islam yang keenam, adalah orang yang harus dekat kepada Allah dan Rasulnya. Hal ini tertuang dalam surat An Nisa ayat 59. Artinya, ketika terjadi perbedaan pendapat dalam suatu perselisihan, manusia harus berkaca pada Alquran dan Sunnah serta ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Pemimppin yang Sholeh.
Ciri pemimpin yang ketujuh membangun tim yang kuat Sesuai dengan surat As shaff ayat 4 dan Al Imran ayat 103. Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada kaum muslimin untuk menjaga persatuan dan kesatuan, memerintahkan orang mukmin untuk mengajak manusia kepada kebaikan, menegakkan perbuatan Ma’ruf dan mencegah perbuatan Munkar (amal ma’ruf nahi munkar).
Dengan demikian jelaslah bahwa kita sebagai manusia yang diciptakan dimuka bumi ini harus menjadi seorang pemimpin dan memilih pemimpin yang taat kepada Allah dan kepada Rasulullah SAW sesuai karakteristik yang telah disebutkan dalam agama Islam. semua itu sudah menjadi ketentuan Allah buat kita agar senantiasa sadar bahwa semua perbuatan kita akan diminta pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.
Oleh HANAFI ZEIN, S.H.